Tuesday, March 10, 2009

Ponari korban exploitasi anak oleh keluarga


Dalam beberapa bulan ini kita tidak henti - hentinya mendengar berita tentang sepak terjang dukun cilik ponari, dari awal cerita mendapatkan kekuatan, banyaknya pasien yang datang dari hari kehari, kasus pasien yang meninggal ketika ingin berobat pada ponari, dikeluarkannya ponari dari sekolah karena habis masa izinnya sampai pada kasus penutupan tempat praktek ponari. Informasi terbaru dukun cilik ponari tentang keluarga ponari yang akan mempersiapkan pengacara untuk menuntut polisi yang telah menutup praktek dukunnya dengan alasan sejak prakteknya ditutup ponari jadi suka marah -marah.

Bila kita melihat kepermasalahan sebenarnya, keinginan keluarga ponari mempersiapkan pengacara untuk menuntut polisi bukan hanya karena ditutupnya praktek kerja ponari. Alasan yang dinyatakan oleh pihak keluarga bahwa sejak ditutupnya tempat praktek ponari jadi sering marah-marah hanya merupakan kamuflase saja. Karena yang sebenarnya dengan di tutupnya tempat praktek tersebut maka mata pencarian keluarga akan suram, keuangan akan merosat dan tidak siapnya keluarga kembali kepada kondisi awal yang hidup dengan kesederhanaan. kemarahan ponari di jadikan alat agar praktek ponari dibuka lagi, dengan dibukannya praktek maka keuangan keluarga akan membaik kembali dan mesin pencetak uang siap beroperasi kembali.

Sejak ponari tercipta sebagai mesin pencetak uang (mendapatkan sedekah dari hasil prakteknya), keluarga telah melupakan kodrat ponari sebagai anak - anak yang memiliki hak untuk bermain dengan teman-temannya, bersekolah untuk dapat hidup dalam zamannya, tidur siang, mendapatkan kasih sayang. Keluarga telah terlena dengan jumlah uang yang masuk ke kotak amal dalam jumlah yang besar setiap harinya, tanpa perlu bersusah payah mereka mendapatkan uang melalui praktek ponari. Keluarga telah menjajah ponari dengan pemaksaan kehendak yang meharuskan ponari bekerja terus menerus tanpa henti membuka praktek hingga sang dukun cilik sendiri akhirnya jatuh sakit kerena keletihan dan lelah melayani beratus-ratus bahkan beribu-ribu pasien yang datang.

Keluarga tidak menyadiri atau berpura-pura tidak menyadari bahwa sesungguhnya mereka telah melakukan exploitasi terhadap ponari. Keluarga selalu mengatakan sayang pada pasien dan juga ponari apabila sang dukun cilik tidak membuka praktek padahal yang sebenarnya tidak ada secuilpun kasih sayang yang mereka berikan kepada ponari karena mereka sebenarnya hanya sayang pada diri mereka sendiri. Dalam benak dan fikiran mereka apabila praktek ponari di tutup maka tamatlah sudah kehidupan mereka, karena mereka harus kembali bekerja untuk menghidupi keluarga mereka masing - masing.

Sebenarnya keluarga ponari adalah orang - orang yang kejam yang memakai pertolongan sesama sebagai kedok mereka. Karena keluarga telah merampas hak - hak ponari untuk hidup, bebas bermain, dapat bergaul bersama teman-temannya dan masih banyak hak-haknya yang telah terampas oleh keluarga ponari sendiri.

Diharapkan kepada keluarga utuk dapat menghentikan perbuatannya untuk mengexploitasi ponari dengan kedalih menolong sesama. Biarkan ponari menikmati kebahagian yang menjadi haknya, biarkan sang dukun cilik bermain bersama temannya. Dan Wahai orang tua Ponari terlebih lagi sang ibu, Apakah kalian sebagai orang tua tidak meresa iba terhadap ponari yang siang malam harus bekerja keras hanya untuk memenuhi keinginan dan ketamakan para anggota keluarga, sadarlah ia masih anak - anak, ia masih butuh orang tua untuk tempat ia mengadu dan berbagi kasih, jangan biarkan dia menanggung beban hidup yang masih belum pantas untuk ditanggungnya.

No comments:

Post a Comment